Episode 3 (How I Met Your Mother)


Selesai menjadi pengurus, cerita ini pun masih berlanjut. Kami ditunjuk menjadi dewan pertimbangan organisasi aka majelis syuro GAMAIS bersama dengan 4 teman yang lain. Sebenarnya aku juga sudah menduga hal ini pasti akan terjadi lagi. Karena biasanya dari tahun ke tahun anggota majelis syuro sebagian besar berasal dari pengurus inti sebelumnya. Maka pertemuan intens terorganisasi ini pun terus berlanjut. Namun tidak sesering saat menjadi pengurus. Pada momen ini kami jarang bertemu. bertemu hanya pada waktu rapat majelis syuro. mungkin karena aku juga sudah jarang “main” ke salman. biasalah. mahasiswa tingkat akhir memang disibukkan dengan kegalauan akan kemana setelah lulus. padahal tugas akhir saja belum kelar.

Pada waktu itu aku sudah memutuskan untuk berbisnis setelah lulus, tapi orang tua ku ingin aku bekerja dulu supaya punya pengalaman. Oktober 2012 aku diwisuda. siapa yang sangka kepala gamais bisa lulus secepat ini. dan memang sepertinya rekor lulus tercepat diantara daftar senior-senior kepala gamais. Amanah majelis syuro belum selesai. paling tidak tinggal 3 bulanan lagi. sehingga aku pun menunda untuk mencari kerja. Kembali tentang si dia. selesai rapat biasanya kami sharing tentang aktivitas masing-masing. dari sana aku tau bahwa kuliahnya belum selesai, tepatnya hanya tinggal tugas akhir. Adik binaanya banyak sekali, yang aku tau ada sekitar 10 kelompok (wow). mungkin karena hal ini juga, dia lebih senang bertemu dengan adik-adik binaannya ketimbang mengurusi tugas akhir nya.

Singkat cerita, setelah amanah majelis syuro selesai, kami mulai berpisah. di bulan januari aku mulai bekerja di jakarta. akhirnya hidup di dunia realita bisa juga aku cicipi. selama bekerja aku jarang bertanya kabar tentang  teman-teman gamais. apalagi bertanya tentang si dia. mungkin tidak pernah. akan tetapi… memang sudah menjadi skenario Allah bahwa aku harus pulang lagi ke Bandung. yaa.. aku resign dari perusahaan tersebut dan kuputuskan untuk mulai berbisnis di bandung. tepatnya awal bulan Mei 2013 aku pergi ke bandung. kosan ku di bandung sudah habis. untungnya ada teman baik ku yang baik hati mau berbagi kamar kosnya dengan ku. dia mengajakku untuk membantu bisnisnya, pelatihan olimpiade sains, karena partnernya akan segera pergi untuk melanjutkan studi di norway. maka aku pun segera menyanggupi tawaran nya itu. kebetulan jujur saja saat itu bingung mau bisnis apa, hehe. 2 minggu lebih kami memutar otak untuk mencari customer tapi hasilnya nihil. bahkan perpustakaan kampus yang mewah itu kami manfaatkan sebagai kantor kami. maklum baru merintis. setelah 3 minggu mencoba memasarkan, alhamdulillah akhirnya kami bersepakat untuk mengadakan pelatihan terpusat. namun sayang pada hari-hari persiapan dan hari-H aku tidak dapat membantunya karena Allah memberikan hadiah istimewa penggugur dosa. aku terkena gejala tipes. demam tinggi. yang pada akhirnya ibuku menjemput ke bandung. Awal juni 2013 aku dibawa ke lampung. dan ini kedua kalinya aku diopname.

Setelah seminggu diopname, aku pamit untuk pergi ke bandung lagi. Namun tujuanku lagi-lagi tidak jelas karena ternyata temanku itu sudah “memecatku secara halus”, hehe. Akhirnya aku pun bergabung di sebuah community development (ICDC) bentukan kakak kelas ku. Lumayanlah untuk penyambung hidup 3 bulan kedepan. Dan ternyata, “namanya” juga tertera pada keanggotaan komunitas ini. Saat itu aku mengurus pengembangan produksi susu, sedangkan dia pengembangan produksi sabun. Satu desa sebenarnya, tapi anehnya kami malah jarang bertemu di komunitas ini. Ah, tapi seingatku pernah aku menyapanya sekali ketika secara tak sengaja bertemu di depan kantor komunitas ini. Hanya pertanyaan basa-basi saja, “kuliah gimana Lin ? TA sudah beres ?”. itu pun keluar setelah kami berpapasan sekitar 10meter, hehe. Sebenarnya pertanyaan ini sudah lama ingin kutanyakan sejak amanah majelis syuro selesai. Tapi demi menjaga perasaan kuputuskan untuk tidak pernah menjaprinya. Untunglah ada momen itu sehingga aku tau kabarnya.

Tak terasa bulan sudah memasuki September 2013. Bulan yang merupakan salah satu momen penting dalam hidupku. Karena pada bulan ini, aku berani untuk setidaknya berkata sebagaimana seorang lelaki gentle. Yap. Aku sudah pernah bercerita di episode sebelumnya bahwa rasa cinta itu fluktuatif naik turun. Di bulan september ini sepertinya rasa itu entah mengapa kian memuncak berbarengan dengan dimulainya musim hujan, halah. Oya, ada yang terlupa. Aktivitasku di ICDC hanya terikat kontrak 3 bulan dengan insentif 3juta/bulan. Jadi memang aku harus segera mencari alternatif bisnis sebagai sumber penghasilan. Itung-itung untuk kebutuhan sehari-hari sembari mulai belajar bisnis. Dan aku menemukannya di komunitas lain yang bernama 3i, institute inovasi Indonesia. Disini aku belajar menjadi distributor frozen food khusus makanan laut. Oke kembali ke bulan September. Makin hari makin galau gak jelas akibat dicekokin materi munakahat dimana-mana. Di pengajian ngomongin nikah, lagi kumpul bareng teman ngomongin nikah, apapun ujung-ujungnya nikah. Ah dasar darah muda.

Tekad itu semakin bulat. Aku berniat untuk menikah. Hal pertama yang kulakukan saat itu adalah bicara dengan orang tua. Surat izin menikah dari orang tua harus kudapatkan. Biasanya ketika aku memulai obrolan tentang hal ini, diakhiri dengan “tunggu mapan dulu, punya rumah sendiri dulu, mobil sendiri dulu, dsb”. Kalau begitu terus kapan nikahnya, pikirku. Namun tidak kali ini. Mama mendukung ku.

(bersambung)

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s