Sudah lama sebenarnya ingin menulis disini, tapi selalu saja ada alasan untuk menunda. Bahkan kali ini pun aku tak yakin akan menulisnya sampai selesai. Tak terasa, hampir 10 bulan status perjaka ku sudah tidak valid. bahkan belum genap setahun, gelar ayah pun akan segera tersemat di depan namaku, insyaallah. Kali ini aku ingin bercerita, cerita tentang sebuah perjuangan, mungkin terlalu berlebihan kata “perjuangan” ini-tapi biarlah, perjuangan seorang “bocah lugu” menjemput seorang wanita yang akan menjadi ibu bagi anak-anaknya kelak.
Semuanya dimulai dari kampus, tempat dimana title S.T ini kudapatkan. Lebih tepatnya di salah satu unit kegiatan mahasiswa yang bernama GA-MA-IS, keluarga mahasiswa islam. Dulu, waktu pertama kali bertemu, sungguh, aku tidak pernah menyangka bahwa dialah jodohku. Masih teringat dengan jelas, di gedung cc timur, saat itu kami sedang rapat membahas suatu acara tahunan. Mereka, para akhwat, begitulah kami menyebutnya, seperti biasa duduk di sebelah barat kami. Seorang teman, yang bertugas sebagai pemimpin rapat sekaligus ketua pelaksana, mempersilahkan kami untuk memperkenalkan diri masing-masing. Dan saat itulah kudengar namanya. Nama yang asing bagiku, hanya sekali pernah mendengar nama itu di buku laskar pelangi “andrea hirata”. Dan kau tau apa ? aku tak peduli. cuek saja. Begitulah karakterku dulu jika bertemu dengan akhwat-akhwat itu. Dingin. Tapi percayalah tak sedingin kutub utara 🙂
Mungkin sudah menjadi bagian dari skenario Nya, tak dinyana ketua kami saat itu terkena demam berdarah sehingga harus bedrest beberapa hari. Ia pun memintaku untuk menggantikannya sementara. Maka kejadian itupun dimulai. Ceritanya karena terburu, aku minta kepadanya dibuatkan sejenis surat pengantar. Tapi anehnya surat yang dibuat tidak sesuai dengan spec yang kuminta. Akhirnya kuminta lagi. Namun saying mungkin bukan bakatnya untuk membuat surat pengantar. Sehingga aku pun, dengan tega, memarahinya. Bodohnya aku saat itu belum begitu mengerti tentang psikologi wanita. yang penting bagiku, surat itu harus cepat selesai. Lucunya dia mangut-mangut saja tanda setuju. Beda sekali dengan dia sebulan kemudian dan hari ini, hehe.
Setelah acara selesai, kami pun mulai dilirik oleh pengurus gamais untuk dijadikan aset selanjutnya. Aku ditempatkan di departemen kaderisasi, sedangkan dia di departemen syiar. Maka sejak itu kami jarang bertemu. Sibuk dengan program kerja masing-masing. ….
udah aja ?
-_-a